top of page

Kemarang News

Cari
  • Waroeng Kemarang

Patung Omprog Gandrung Terbesar Menjadi sebuah Monumen

Diperbarui: 4 Jul 2023

Sebuah Patung Omprog Gandrung yang merupakan Outdoor Stage dibangun di area Waroeng Kemarang, tepatnya Jl. Perkebunan kalibendo, KM. 5, Desa Tamansuruh, Kec. Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur.


Omprog yang adalah merupakan mahkota yang dipakai oleh Gandrung, dibangun dengan ukuran tinggi sekitar 13 meter, belum termasu pernak-pernik bunga diatasnya. Dibawahnya terdapat panggung untuk pementasan seni dengan diameter luar sekitar 10 meter dan dibagian dalam sekitar 8 meter.


Gandrung adalah merupakan kesenian tradisional khas Banyuwangi yang berarti "yang dipuja", dimana sosok Dewi Sri digambarkan sebagai putri cantik yang dipuja, berpakaian serba keemasan dengan menggunakan mahkota Omprog tersebut.




Patung Omprog Gandrung sudah dibangun sejak bulan Agustus 2020, dan diperkirakan selesai dalam waktu 3 bulan, di-design dan dibangun sepenuhnya oleh Pematung papan atas Osing Banyuwangi: SLAMET SUGIONO, dengan biaya mandiri oleh Owner Waroeng Kemarang, Ir. Wowok Meirianto, MT.


Ketika patung mulai dibangun, berdatangan para Seniman dan Budayawan Banyuwangi, memberikan dukungan atas ide dan inisiatif pembangunan patung omprog gandrung terbesar yang pastinya akan menjadi destinasi kunjungan wisata di Banyuwangi, serta dapat membawa harum kesenian daerah Banyuwangi tersebut.


Beberapa Berita di Media Online yang memberitakan Patung Omprog Gandrung Terbesar.


Lokasi Pembuatan Patung Omprog Gandrung Ramai Dikunjungi Seniman dan Budayawan Osing


Siang hari Kamis 23 Juli 2020, area persawahan Waroeng Kemarang di Jl. Perkebunan Kalibendo, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah Banyuwangi ramai dikunjungi oleh para seniman dan budayawan Osing Banyuwangi. Tujuan mereka adalah tidak lain yaitu mendukung dan menyemangati rekan seniman pematung rekannya, yaitu Slamet Sugiono yang akrab dipanggil Kang Giono, yang sedang membangun sebuah Patung “Omprog Gandrung” Terbesar, yang akan menjadi panggung terbuka atau Outdoor Stage, tempat pertunjukan kesenian di area persawahan Waroeng Kemarang.



Sebuah Patung Omprog Gandrung dengan ketinggian 12,5 Meter, dan panggung terbuka dengan lebar 8 Meter sedang dibangun di tempat ini. Diperkirakan sekitar 2 bulan patung akan dapat selesai, ungkap Kang Giono ketika ditanya oleh teman-teman seniman lainnya. Selain Omprog Gandrung, didepannya akan dibangun 3 buah segmen tribun untuk penonton yang berjenjang meninggi dengan atap setengah lingkaran menyerupai Kipas Gandrung. Demikian kata Wowok Meirianto, owner Waroeng Kemarang yang sangat menggemari kesenian Osing dan bahkan juga bisa memainkan dengan piawai semua peralatan musik tradisional Osing ini.


Hadir dalam kunjungan ke lapangan ini adalah Bambang Lukito Sekjen Dewan Kesenian Belambangan (DKB), mengatakan bahwa siapapun orangnya yang akan mengangkat dan mengharumkan Seni Budaya Banyuwangi akan didukung oleh DKB. Khususnya kepada Waroeng Kemarang yang mau mengangkat dan menjadikan Omprog Gandrung, yang adalah merupakan lambang MAHKOTA kebesaran Banyuwangi, sehingga kesenian Gandrung semakin kita banggakan. Budayawan senior Banyuwangi Aeikanu yang ikut hadir juga menyampaikan salut dan Selamat kepada Mas Wowok dan Mbak Ririt (Owner Waroeng Kemarang), atas ide yang sangat kreatif ini, bahwa Patung Omprog terbesar ini akan menambah icon yang dimiliki oleh Waroeng Kemarang selain Rumah Adat Osing (Tikel) terbesar yang telah ada saat ini.


Seusai gesah atau bincang-bincang bersama di VIP Room Waroeng Kemarang yang berupa rumah adat tikel terbuka dengan udara segar persawahan, acara dilanjutkan dengan kunjungan para seniman dan budayawan turun dan melihat langsung ke lokasi pembuatan Patung Omprog Gandrung Terbesar ini. Seusai kunjungan, para seniman dan budayawan disuguhi dengan makanan khas syukuran suku Osing Banyuwangi, yaitu sebuah Tumpeng Serakat serta kue Kucur best seller nya Waroeng Kemarang.


Lagi.. Seniman & Budayawan Kunjungi Lokasi Pembangunan Omprog Gandrung Terbesar

https://kumparan.com/banyuwangi_connect/lagi-seniman-and-budayawan-kunjungi-lokasi-pembangunan-omprog-gandrung-terbesar-1tvloGgwRym

Seorang Budayawan, Bpk Aikanu, menulis.

Kabar tentang sedang dibangunnya Omprog Gandrung di area persawahan Waroeng Kemarang sudah menyebar di kalangan Seniman dan Budayawan di Banyuwangi. Hari ini, Senin 3 Agustus 2020, ada lebih dari 10 orang Seniman dan Budayawan Osing dari desa Kemiren, Glagah, dan Songgon mendatangi tempat di mana Omprog Gandrung sedang dibangun, tepatnya di Jl. Perkebunan kalibendo, KM. 5, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Hadir juga, bersama rombongan adalah Ketua DKB (Dewan Kesenian Blambangan), dr. Taufiq Hidayat, SpAnd.



Dalam kunjungan, seniman patung Slamet Sugiono menjelaskan bahwa bila tidak ada halangan, proyek patung Omprog tersebut akan selesai sekitar bulan Oktober 2020. Kang Edy, seniman pengendang dari desa Kemiren mengungkapkan kebanggaannya tentang pembangunan ini, dan mendukung rencana pembuatan patung-patung Panjak Gandrung seperti Keluncing, Pemain Kendang, Ketuk, Gong, dan Biola juga dibuat disekitarnya, untuk memperkenalkan pengiring dibalik Gandrung itu sendiri.


Tidak lupa, suguhan best seller Waroeng Kemarang kue tradisional Kucur, dan makanan Soto Ayam, serta minuman meningkatkan imun terhadap virus: Secang, menjadi santaoan ketika kunjungan ini.


Ownwer Waroeng Kemarang, Kang Wowok mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan dan kunjungan ini, karena dapat memberikan semangat kepada pematung Kang Giono. (ww/wer)



Pengrajin Omprog Gandrung (Man Jainik) Tinjau Pembangunan Patung Omprog Terbesar


Mendengar kabar di social media tentang adanya Pembangunan Patung Omprog Gandrung besar yang ramai dibicarakan para seniman dan budayawan Osing, Pengerajin Omprog Gandrung ternama (Jainik) dari Cungking, penasaran. Pada hari Kamis 6 Agustus 2020 siang hari ini, mengunjungi langsung ke tempat pembuatan patung Omprog tersebut, tepatnya di Waroeng Kemarang, Jl. Perkebunan Kalibendo, Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Datang bersama-sama dengan Jainik adalah juga para seniman Patung, Budayawan Begawan Tjiptoroso, Aekanu, Samsudin Adlawi, dan para seniman-seniman lainnya.




Adalah suatu kehormatan bagi kami Waroeng Kemarang, telah beberapakali kedatangan tamu-tamu baik Seniman dan Budayawan, Media, dan Masyarakat yang ingin langsung melihat ke lokasi dan bertanya-tanya tentang perencanaan pembuatan patung Omprog Gandrung ini, kata Wowok Meirianto-Owner Waroeng Kemarang. Patung Omprog Gandrung terbesar yang dikerjakan pematung Slamet Sugiono ini direncanakan adalah setinggi 12 Meter dan diameter 8 Meter dimana didalamnya dan dibagian depannya akan difungsikan sebagai Panggung Terbuka guna menampilkan Kesenian-kesenian Osing Banyuwangi, demikian penjelasan tambahan dari Wowok.


Dalam sambutannya, Jainik menceritakan kisah kehidupannya bahwa, Kerajinan Omprog Gandrung yang dijalani sejak masih muda, mampu mengangkatnya menjadi pengerajin professional, seniman ternama, bahkan produksi Omprog hasil karyanya sampai dikirim ke luar jawa dan Luar Negeri. Keharuman namanya oleh karena kerajinan Omprog ini, sampai-sampai membawa berkah diangkatnya menjadi Pegawai Negri Sipil, di Dinas Pariwisata Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi, demikian kata pengerajin Omprog dan Pelatih Tari Gandrung Jainik, yang sangat rendah hati ini. Jainik yakin bahwa Patung Omprog Gandrung terbesar yang sedang dibangun ini juga akan mengangkat martabat Banyuwangi pada umumnya dan khususnya Waroeng Kemarang yang menjadi inisiatornya.


Budayawan Senior Begawan Tjiptoroso juga mengungkapkan dukungannya atas pembangunan patung Omprog Gandrung ini, sambil bercerita tentang filosofi dan sejarah Gandrung. Sambil menitikkan airmata karena emosinya, Begawan bercerita tentang perjalan Gandrung Marsan ketika berjuang melawan penjajah, ketika itu. Begawan menyimpulkan, Omprog Gandrung adalah merupakan sebuah Mahkota, yang diperuntukkan kepada sosok figur atau panutan Pemimpin Banyuwangi, yang mampu membawa kemajuan, perbaikan, kedamaian, serta kemakmuran bagi semua warga masyarakatnya.



Usai kunjungan ke lokasi, jamuan Tumpeng Serakat yang adalah merupakan Menu Ucapan Syukur Masyarakat Osing, bersama-sama disantap, di rumah adat Osing (Tikel) yang terletak ditepi Sawah, sambil menghirup udara segar di Waroeng Kemarang. (ww/cakwer)



PATUNG OMPROK GANDRUNG Terbesar sebagai identitas solidaritas.


Saat saya diundang gesah budaya oleh pasangan pengusaha sukses sekaligus pemerhati seni Osing Kang Wowok Meirianto dan Mbak Ririt Dwi Chryssantien Meirianto di Waroeng Kemarang yang akan membuat ikonik Patung Omprok Gandrung di area panggung seni pertunjukan terbuka di tengah sawah, ingatan saya langsung pada Gandrung Temuk saat saya ajak tampil di Frakfurt Jerman dengan mengenakan Omprok di kepalanya berselendang merah dipadu dengan kostum khas yang terlihat sederhana tapi memiliki aura magis dan daya pesona yang luar biasa.


Jauh sebelumnya, pada tahun 2004 saya datang pertama kali ke Thailand, mata ini terbelalak saat melihat kuluk (mahkota) indah menjulang tinggi yang dikenakan para penari Cabareth show.

Kemudian tahun 2006 saya bertemu lagi para penari negeri Gajah Putih saat bersamaan tampil dengan Gandrung Banyuwangi pada acara Parade Midosuji di Osaka Jepang. Omprok yang dipakai Gandrung lebih pendek dari kuluk penari Thailand, tapi Omprok mempunyai daya tarik tersendiri karena gerak kepala penari yang lebih atraktif dan dinamis penuh estetika.


Sebagai interpreter dan tour guide, saya sering ditanya oleh tamu tentang Gandrung mulai dari strukur gerak maupun kostumnya.

Salah satu yang menarik perhatian mereka adalah Omprok yang khas dipakai sebagai penutup kepala si penari Gandrung.

Bahkan saya sering memberi sugesti tamu dari berbagai daerah/negara dengan mengatakan "siapapun wanita yang mengenakan omprok gandrung (apalagi dengan mengenakan kain sampur selendang merah),maka ia pasti akan tampak lebih cantik karena pengaruh aura dari omprok tersebut sebagai penghormatan kepada Dewi Sri"


OMPROK adalah mahkota penutup kepala khusus untuk penari Gandrung Banyuwangi sebagai kelengkapan yang sangat penting dalam seni pertunjukan. "Omprok" atau mahkota sama peran dan kedudukannya seperti "kuluk" yang dikenakan oleh para pemain teater tradisional pada umumnya yang dipakai di kepala di mana sebagai bagian tubuh manusia yang dianggap paling sakral.

Hiasan ornamen Omprok memiliki makna secara estetis, simbolis, etis serta filosofis yang mempunyai arti value yang sangat dalam.


Ornamen "Pilis" yang melengkung di atas alis di bawah dahi menutupi rambut,warna perak atau keemasan bermakna ungkapan ekspresi dari sistem budaya yang berisi norma adat, norma religi, norma etika,norma tata krama kesopanan, norma hukum, dan norma kesusilaan yang ada pada masyarakat.


Ornamen Wayang berkepala ksatria Pandawa (Gatotkaca) dan berbadan ular naga bermakna ksatria, penguasa atau manusia yang selalu berpihak pada kebaikan,kebenaran dan simbul kepemimpinan yang merakyat bersifat "andhap asor" tanpa pilih kasih.


Ornamen hias sungging Omprok adalah Kangkung Setingkes dan Gajah Oling bermakna mengajak untuk selalu rukun dengan sesama, ingat kepada Tuhan, ingat perputaran hidup "Cokro manggilingan" ada siang ada malam,ada baik ada buruk,ada jaya ada apes.


Di atas pilis ada Gunungan atau Meru merujuk pada Tri Hita Karana(dalam Hindu) sejalan dengan hablumminalloh, hablumminannas dan hablumminalalam (dalam Islam) bermakna harmonisasi hidup antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitar.


"Kembang goyang di bagian atas omprok dan hiasan monte melingkar bagian bawah omprok yang tampak indah menjuntai ke bawah bermakna jadilah manusia yang lentur ramah adaptip fleksibel dan selalu memberi manfaat kepada makluk lain, cerdas pemikirannya, halus budi pekertinya, bersih hatinya, dan tampil selalu menarik hati.


Dalam hal ini agar semua orang tertarik, jatuh hati saat melihat tarian gandrung yang ditampilkan sesuai makna gandrung adalah jatuh cinta yang mendalam.

Gandrung tidak hanya sebagai fungsi ritual,tapi juga fungsi profan bahkan pernah berperan dalam perjuangan mengusir penjajah. Gandrung juga mempunyai peran penting sebagai fungsi sosial untuk merekatkan tali persaudaraan dengan tidak memandang perbedaan terlihat dari episode "paju gandrung" yang terinspirasi dari "tundikan Seblang" dengan mata terpejam ia melempar sampur (selendang) ke arah penonton tanpa tebang pilih untuk menari bersama sebagai tanda persaudaraan dengan dasar saling menghormati.


Gandrung berselendang merah sebagai media untuk menghormati Dewi Sri, menghormati ibu, menghormati kaum perempuan yang lebih mempunyai peran dalam berbagai ritual masyarakat agraris Osing yang berhubungan dengan kesuburan dan kesejahteraan.


Pengunjung Waroeng Kemarang, bisa melihat langsung proses kreatif seorang seniman asli Osing Kang Saham Sugiono dengan udheng khasnya mengerjakan patung ikonik Omprok Gandrung yang diperkirakan akan selesai bulan Oktober 2020 ini.


( By Aekanu - Kiling Osing Banyuwangi )




Tentang Patung Omprok Gandrung Terbesar, Ini Ungkapan Penulis Buku ‘Sritanjung Hidup Kembali’

Oleh Malik Efendi - Agustus 16, 2020


Banyuwangi – Penulis buku ‘Sritanjung Hidup Kembali’ Aekanu Hariyono, sempat mengenang perjalanannya ke salah satu kota di negara yang dikenal sebagai negara dengan penguasaan ilmu dan teknologi maju di berbagai bidang, Jerman.

Kenangan tersebut terlintas saat dirinya sedang diundang gesah budaya (ngobrol budaya) oleh pasangan pengusaha sukses sekaligus pemerhati seni Osing, yaitu Kang Wowok Meirianto dan Mbak Ririt Dwi Chryssantien Meirianto di Waroeng Kemarang, (salah satu rumah makan yang berkonsep alam di Desa Tamansuruh).

Aekanu Hariyono mengatakan, dengan kostum yang sederhana, Gandrung Temuk tetap memiliki aura magis yang luar biasa. Hal tersebut ia ungkapkan bersama Kang Wowok Meirianto dan Mbak Ririt Dwi Chryssantien Meirianto yang akan membuat ikon Patung Omprok Gandrung terbesar di area panggung seni pertunjukan terbuka di tengah sawah waroeng kemarang.

“Saat saya diundang gesah budaya terkait proyek pembangunan Omprok Gandrung terbesar, oleh Kang Wowok Meirianto dan Mbak Ririt Dwi Chryssantien Meirianto di Waroeng Kemarang, ingatan saya langsung tertuju kepada Gandrung Temuk, pada saat saya ajak tampil di Frankfurt Jerman. Dengan mengenakan Omprok di kepalanya, berselendang merah dipadu dengan kostum khas yang terlihat sederhana, tapi memiliki aura magis dan daya pesona yang luar biasa” ungkap Aekanu Hariyono.


Jauh sebelumnya, pada tahun 2004 Aekanu Hariyono datang pertama kali ke Thailand, sempat terbelalak saat melihat kuluk (mahkota) indah menjulang tinggi yang dikenakan para penari Cabareth show.

Kemudian tahun 2006 Aekanu bertemu lagi dengan para penari negeri Gajah Putih saat bersamaan tampil dengan Gandrung Banyuwangi pada acara Parade Midosuji di Osaka Jepang. Dirinya mengatakan jika omprok yang dipakai Gandrung lebih pendek dari kuluk penari Thailand. “Tapi omprok mempunyai daya tarik tersendiri karena gerak kepala penari yang lebih atraktif dan dinamis penuh estetika” kata Aekanu.

Sebagai interpreter dan tour guide, Aekanu sering ditanya oleh tamu tentang Gandrung mulai dari strukur gerak maupun kostumnya. Salah satu yang menarik perhatian mereka adalah Omprok yang khas dipakai sebagai penutup kepala si penari Gandrung. Bahkan Aekanu sering memberi sugesti kepada tamu dari berbagai daerah/negara.

Dengan mengatakan “siapapun wanita yang mengenakan omprok gandrung (apalagi dengan mengenakan kain sampur selendang merah), maka ia pasti akan tampak lebih cantik karena pengaruh aura dari omprok tersebut sebagai penghormatan kepada Dewi Sri”

Menurut Aekanu Hariyono, OMPROK adalah mahkota penutup kepala khusus untuk penari Gandrung Banyuwangi sebagai kelengkapan yang sangat penting dalam seni pertunjukan. “Omprok” atau mahkota sama peran dan kedudukannya seperti “kuluk” yang dikenakan oleh para pemain teater tradisional pada umumnya yang dipakai di kepala di mana sebagai bagian tubuh manusia yang dianggap paling sakral. Hiasan ornamen Omprok memiliki makna secara estetis, simbolis, etis serta filosofis yang mempunyai arti value yang sangat dalam.

Ornamen “Pilis” yang melengkung di atas alis di bawah dahi menutupi rambut,warna perak atau keemasan bermakna ungkapan ekspresi dari sistem budaya yang berisi norma adat, norma religi, norma etika,norma tata krama kesopanan, norma hukum, dan norma kesusilaan yang ada pada masyarakat.

Ornamen Wayang berkepala ksatria Pandawa(Gatotkaca) dan berbadan ular naga bermakna ksatria, penguasa atau manusia yang selalu berpihak pada kebaikan,kebenaran dan simbul kepemimpinan yang merakyat bersifat “andhap asor” tanpa pilih kasih.

Ornamen hias sungging Omprok adalah Kangkung Setingkes dan Gajah Oling bermakna mengajak untuk selalu rukun dengan sesama, ingat kepada Tuhan, ingat perputaran hidup “Cokro manggilingan” ada siang ada malam,ada baik ada buruk,ada jaya ada apes.

Di atas pilis ada Gunungan atau Meru merujuk pada Tri Hita Karana (dalam Hindu) sejalan dengan hablumminalloh, hablumminannas dan hablumminalalam (dalam Islam) bermakna harmonisasi hidup antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitar.

Kembang goyang di bagian atas omprok dan hiasan monte melingkar bagian bawah omprok yang tampak indah menjuntai ke bawah bermakna jadilah manusia yang lentur ramah adaptip fleksibel dan selalu memberi manfaat kepada makluk lain, cerdas pemikirannya, halus budi pekertinya, bersih hatinya, dan tampil selalu menarik hati. Dalam hal ini agar semua orang tertarik, jatuh hati saat melihat tarian gandrung yang ditampilkan sesuai makna gandrung adalah jatuh cinta yang mendalam.

Gandrung tidak hanya sebagai fungsi ritual, tapi juga fungsi profan bahkan pernah berperan dalam perjuangan mengusir penjajah. Gandrung juga mempunyai peran penting sebagai fungsi sosial untuk merekatkan tali persaudaraan dengan tidak memandang perbedaan terlihat dari episode “paju gandrung” yang terinspirasi dari “tundikan Seblang” dengan mata terpejam ia melempar sampur (selendang) ke arah penonton tanpa tebang pilih untuk menari bersama sebagai tanda persaudaraan dengan dasar saling menghormati.

Gandrung berselendang merah sebagai media untuk menghormati Dewi Sri, menghormati ibu, menghormati kaum perempuan yang lebih mempunyai peran dalam berbagai ritual masyarakat agraris Osing yang berhubungan dengan kesuburan dan kesejahteraan.

Saat ini pengunjung Waroeng Kemarang, bisa melihat secara langsung proses kreatif seorang seniman asli Osing Kang Saham Sugiono dengan udheng khasnya mengerjakan patung ikonik Omprok Gandrung yang diperkirakan akan selesai bulan Oktober 2020 ini. (*)




175 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page