Waroeng Kemarang merupakan suatu resto makanan yang terletak di Banyuwangi, lebih tepatnya di daerah Tamansuruh, Jawa Timur. Berlokasi di Jl. Perkebunan Kalibendo KM.5, Dusun Wonosari, Taman Suruh, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, menawarkan pengalaman unik yang menggabungkan kuliner tradisional dengan suasana budaya setempat. Resto ini mengambil konsep tradisional dengan ciri khas kental dari suku Osing Banyuwangi.
Seni Budaya di Waroeng Kemarang
Banyuwangi, sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia, dikenal dengan keberagaman budaya yang kaya dan unik. Berbagai suku bangsa, budaya, dan agama bertemu di sini, menciptakan suatu kebudayaan yang sangat beragam dan dinamis. Waroeng Kemarang dengan ciri khasnya yaitu melestarikan budaya kesenian Banyuwangi memiliki beberapa aneka tarian diiringi alat musik tradisional yang biasa ditampilkan saat pengunjung berkunjung di Waroeng Kemarang tersebut.
Dengan kegiatan rutin seperti menampilkan kesenian tari dan musik secara berkala, Waroeng Kemarang akhirnya membuat sebuah sanggar seni Kemarang yang berisikan para karyawan dari Waroeng Kemarang sendiri dan warga setempat. Sanggar seni Kemarang juga sudah dibawah naungan yayasan YPSB, yang memungkinkan untuk para siswa - siswi, karyawan Kemarang, warga setempat, bahkan pengunjung untuk belajar bersama yaitu di rumah adat utama Waroeng Kemarang. Walaupun memiliki ciri khas kesenian sebagai daya tarik, Waroeng Kemarang terdaftar sebagai resto makanan dan bukan sebagai sanggar kesenian. Bekerjasama dengan yayasan YPSB, Waroeng Kemarang tidak mengambil keuntungan sepeser pun dari dibuatnya sanggar kesenian Kemarang tersebut. Sanggar seni Kemarang didirikan murni hanya untuk mengedukasi para warga sekitar dan tamu - tamu yang berkunjung sekaligus belajar mengenai seni budaya Banyuwangi.
A. Kesenian Tari
Kesenian tari merupakan salah satu bentuk ekspresi seni yang menggabungkan gerakan tubuh dengan elemen musik dan ritme untuk menyampaikan perasaan, cerita, atau ide. Tari memiliki kekuatan untuk mencerminkan budaya, tradisi, dan nilai-nilai suatu masyarakat, menjadikannya sebagai medium yang kaya untuk komunikasi antar generasi. Dalam dunia tari, terdapat berbagai jenis yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri.
Di Waroeng Kemarang, ada beberapa kesenian tari yang kerap dibawakan untuk para pengunjung yang sedang berkunjung dan menikmati hidangan yang sudah dipesan lewat reservasi sebelumnya. Dengan memilih beberapa pilihan paket makanan bersama hiburan tarian, pengunjung dapat menentukan apa saja yang ingin dilihat saat berkunjung di Waroeng Kemarang.
Seperti contoh ada kesenian bernama Sendratari "Temurune Dewi Sri", sebuah pertunjukan seni yang kaya akan nilai-nilai budaya, menggabungkan elemen tari, drama, dan musik untuk mengisahkan perjalanan Dewi Sri, dewi padi dan kesuburan dalam tradisi Jawa. Dalam pertunjukan ini, penonton diajak untuk memahami asal-usul padi, yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat pertanian. Cerita ini menggambarkan bagaimana Dewi Sri, sebagai simbol kemakmuran, berupaya menyebarkan kesejahteraan dan keberkahan melalui hubungan harmonis antara manusia dan alam. Gerakan tari yang indah dan berirama, yang diambil dari tradisi tari Jawa, tidak hanya mencerminkan keanggunan, tetapi juga emosi dan karakter yang diperankan. Musik gamelan yang mengiringi pertunjukan menambah kedalaman, menciptakan suasana yang khas dan menawan. Kostum yang digunakan dalam sendratari ini juga sangat mencolok, dengan warna dan detail yang mencerminkan kekayaan budaya Jawa.
Lebih dari sekadar hiburan, "Temurune Dewi Sri" memiliki pesan moral yang dalam, menekankan pentingnya menjaga alam dan menghargai sumber daya pertanian, serta mengingatkan kita akan peran penting pertanian dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, sendratari ini bukan hanya sebuah karya seni, tetapi juga menjadi sarana pendidikan budaya yang vital untuk memperkenalkan generasi muda pada warisan tradisional dan nilai-nilai keberlanjutan.
Adapun berikut merupakan paket aneka tarian yang dilestarikan sekaligus disuguhkan sebagai paket menu kepada para pengunjung di Waroeng Kemarang :
Tarian Gandrung: Tarian ini awalnya muncul sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat setelah panen, mencerminkan kebudayaan Suku Osing, penduduk asli Banyuwangi. Kata "gandrung" sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti "digandrungi" atau "dicintai", menggambarkan semangat dan keterikatan emosional masyarakat terhadap hasil pertanian dan budaya mereka. Sejak zaman Kerajaan Blambangan, Tari Gandrung telah mengalami perkembangan signifikan. Pada awalnya, tarian ini dibawakan oleh pria yang bernama Marsan, tetapi seiring berjalannya waktu, tari Gandrung dibawakan oleh penari wanita, dan nama penari wanita pertama yaitu Buyut Semi.
Pertunjukan Tari Gandrung biasanya melibatkan pasangan penari—seorang penari utama (gandrung) dan seorang pemaju (pemandu)—yang menari dengan iringan musik gamelan atau gamelan jegog. Gerakan dalam tari ini dikenal dinamis dan penuh semangat, dengan ciri khas gerakan kaki, tangan, dan kepala yang elegan. Beberapa gerakan dasar seperti "jejer" (beradu kaki) dan "kusumat" (gerakan lambat yang indah) menjadi ikon dari tarian ini. Selain itu, penari mengenakan busana tradisional yang kaya akan ornamen dan simbolisme budaya.
"Jejer Gandrung", yang merupakan tarian selamat datang kepada tamu, penghormatan serta menggambarkan kecantikan, kedinamisan budaya Banyuwangi dalam menyambut tamu. Nama "Jejer Gandrung" sendiri berasal dari bahasa Osing, bahasa asli Banyuwangi, di mana "Jejer" berarti "ditampilkan" dan "Gandrung" berarti "senang". Kemudian ada yang bernama "Paju Gandrung", yaitu salah satu rangkaian dari pertunjukan Gandrung berupa tarian seperti tarik ulur menggunakan slendang antara penari pria dan wanita. Terakhir ada "Nggedhog Gandrung", merupakan serangkaian acara membawa Gandrung dan penari kepada tamu, kemudian memberikan sampur sebagai tanda kehormatan, serta mengajak tamu untuk bersukacita menari bersama.
Tari Jaran Goyang: merupakan tari pergaulan pemuda pemudi yang menceritakan cinta kasih. Namun dalam kisah cinta tersebut terdapat rasa sakit hati seorang seorang pemuda karena cintanya tak terbalas. Oleh karenanya, memicu sang pemuda untuk menggunakan aji jaran goyang yang adalah ilmu pengasihan, untuk menghipnotis seseorang agar berbalas mencintai, membuat sang pemudi berbalik mengejar sang pemuda hingga keduanya saling mencintai.
Arak - Arakan Barong: merupakan tradisi ritual adat warga osing, sebagai wujud syukur dan harapan agar dianugerahi kesuburan dan kesehatan. Barong merupakan sosok berkepala singa, bermahkota, memiliki sayap, dan berjubah. Iring - iringan arak - arakan disertai sembur uthik - uthik (menyebar beras kuning dan uang logam), serta iringan masyarakat suku Osing. Barong juga menggambarkan kendaraan Dewi Sri yang turun dari Kayangan, menyebar benih padi unggul Genjah Arum.
Pencak Sumping: menggambarkan suatu kegiatan bela diri dan keamanan untuk perlindungan masyarakat, agar desa mereka jauh dari gangguan orang jahat atau penjajah dari luar wilayah. Beladiri tersebut diakhiri dengan salah satu pendekar berada diatas pendekar satunya, dan memaksakan untuk memakan makanan yang bernama Sumping atau dalam bahasa jawa yaitu nagasari.
Kuntulan: menggambarkan kesenian pemujaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, setelah masuknya agama Islam ke Banyuwangi. Perpaduan antara terbang / rebana dengan alat musik tradisional serta tempo dan irama Banyuwangi, menjadikan Kuntulan sangat khas dalam mengiringi gerakan - gerakan tarian dari Timur Tengah.
B. Alat Musik Tradisional
Alat musik tradisional merupakan instrumen musik yang memiliki nilai sejarah dan budaya tertentu di suatu daerah atau negara. Alat musik ini biasanya diwariskan secara turun-temurun dan mencerminkan karakteristik masyarakat yang menghasilkannya. Beragam jenis alat musik tradisional dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, masing-masing dengan keunikan dari segi bentuk, suara, dan cara memainkannya. Di Indonesia, misalnya, terdapat alat musik seperti gamelan, angklung, dan sasando, yang tidak hanya berfungsi sebagai alat hiburan, tetapi juga sering digunakan dalam upacara adat, ritual keagamaan, dan acara kebudayaan.
Melalui suara yang dihasilkan, alat musik tradisional mampu menyampaikan cerita dan emosi, serta memperkuat identitas budaya suatu komunitas. Selain itu, alat musik ini juga menjadi sarana untuk melestarikan tradisi dan seni, penting dalam pendidikan musik, dan sering kali menjadi daya tarik wisata yang memperkenalkan kekayaan budaya lokal kepada dunia. Dengan demikian, alat musik tradisional bukan hanya sekadar instrumen, tetapi juga simbol kebudayaan yang kaya dan beragam.
Salah satu ciri khas dari kesenian musik Banyuwangi adalah tiadanya nada fa(4) dan si(7) dalam tangga nada diatonis biasanya (do, re mi, fa, sol, la, si, Do). Inilah alasannya mengapa di beberapa alat musik khusus di Banyuwangi tidak adanya nada fa dan si, begitu pula dengan lagu - lagu Banyuwangi juga tidak menggunakan nada fa dan si. Di Waroeng Kemarang pun memiliki beberapa alat musik yang dilestarikan dan rutin dimainkan untuk mengiringi penampilan saat seni tari ditampilkan.Seperti beberapa contoh berikut alat musik yang dimiliki oleh Waroeng Kemarang yaitu :
Gamelan Tradisional Banyuwangi
Gamelan tradisional Banyuwangi merupakan salah satu warisan budaya yang kaya dan unik dari daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Gamelan ini memiliki karakteristik tersendiri, dengan penggunaan alat musik yang khas, seperti gong, kendang, ketuk, slentem, kluncing, biola, dan saron.
Angklung Paglak
Pertunjukkan musik angklung paglak merupakan kegiatan yang ditujukan untuk menghibur para petani saat musim panen. Pertunjukan ini biasanya dilakukan di atas paglak (gubuk kecil) di tengah sawah. Musik angklung paglak tidak hanya menampilkan keindahan musik, tetapi juga mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaan masyarakat petani atas hasil panen yang melimpah. Di Waroeng Kemarang terdapat beberapa angklung paglak yang tersebar di area rumah adat utama Waroeng Kemarang dan di menara merdu.
Gedhogan
Gedhogan merupakan kegiatan berkesenian dalam mengolah padi hasil panenan, yang dilakukan secara ber-irama, sehingga dapat mengiringi melodi nyanyian yang dibawakan oleh Angklung Osing
Menikmati Kuliner Daerah Sekaligus Belajar Kesenian Budaya
Dengan kombinasi memadukan keunikan ciri kebudayaan Banyuwangi yang dikemas dalam bentuk pertunjukan seni disaat pengunjung datang maupun kegiatan rutin yang diadakan pasa hari sabtu malam / malam minggu, Waroeng Kemarang menawarkan pengalaman wisata kuliner unik dan khas kepada para pengunjung. Pengunjung dapat menikmati aneka makanan khas Banyuwangi sekaligus menikmati pemandangan perdesaan di tengah - tengah sawah ditemani oleh penampilan kesenian tari dan musik khas Banyuwangi.
Selain para pengunjung yang Tidak menutup kemungkinan untuk para pengunjung yang berwisata ke Waroeng Kemarang untuk berinteraksi apalagi mempelajari kesenian kebudayaan Banyuwangi secara langsung. Seperti saat mahasiswa mahasiswi dari Univesitas Pelita Harapan (UPH) Tangerang berkunjung ke Waroeng Kemarang untuk menikmati hidangan sekaligus belajar seni budaya tari dan musik secara langsung ditemani oleh para gandrung dan pemain alat musik gamelan Banyuwangi.
Dengan keunikan ciri khas yang hanya dimiliki oleh Waroeng Kemarang seperti ini, menjadikan salah satu destinasi wisata yang wajib untuk dikunjungi oleh para wisatawan baik dalam negri maupun luar negri.
Ditulis oleh: Samuel Thavma W.
Mahasiswa PKL Universitas Airlangga Surabaya 2024
Jurusan D4 Destinasi Pariwisata
NIM : 152110683074
Comments