top of page

Kemarang News

Cari
  • Waroeng Kemarang

Memiliki Bangunan dengan Icon Arsitektur Tradisional

Diskusi bersama seisi keluarga, brainstorming menampung ide dan kreativitas adalah sangat penting dan bermanfaat. Anak pertama saya, Irdra Firstyadhika, yang adalah Lulusan S1 dan S2 SBM ITB, dan juga praktisi bisnis (salah satu pendiri) usaha kuliner PT Dapur Iga Nusantara, memberikan masukan yang membuat kami berfikir keras, katanya: “….usaha papa pensiun itu harus memiliki ICON, agar pengunjung atau wisatawan tertarik untuk dating mengunjungi, sedang yang pernah datang tidak akan pernah lupa serta ingin mengunjungi lagi…” Immbuhnya lagi: “ Icon dapat berupa bangunan, fasilitas, hiburan, atau juga menu makanaan”.


Perjalanan berfikir keras untuk mencari ide ICON berjalan cukup lama, hingga akhirnya mendapatkan sesuatu yang dapat dijadikan icon, yaitu ketika kami diundang besan kami atau mertua anak kami yang ke-2 (Irdra Lastyautari), untuk datang berkunjung ke Gunung SItoli – Nias. Kami dibawa jalan-jalan oleh besan kami Bapak-Ibu Sokhiatolo Laoli yang adalah Bupati Nias, melihat tempat-tempat tradisional yang menjadi obyek destinasi wisata seperti Lompat Batu Nias, Peninggalan-peninggalan bersejarah Nias, serta Rumah Adat Nias yang sangat unik dan tradisional. Kemudian, kami diperlihatkan dengan sebuah icon Rumah Adat Terbesar, yang kebetulan adalah milik salah satu keluarga besar besan kami tersebut. Ketika melihat rumah adat terbesar tersebut, terpecahlah pikiran kami sebuah ide untuk membuat icon bangunan untuk tempat usaha kami di Banyuwangi, yaitu sebuah Rumah Adat Osing Terbesar.


Suku Osing Banyuwangi memiliki Rumah Adat yang terus dilestarikan turun temurun, namanya Tikel Balung. Ada 3 macam jenis rumah adat Osing Banyuwangi yaitu: Tikel Balung, Cerocogan dan Baresan. Bentuk Tikel Balung merupakan bentuk dasar rumah adat Osing yang terdiri dari empat rab (bidang) atap. Rumah Adat Osing Banyuwangi tersebut terbuat dari bahan kayu, dengan teknik ganjal/kunci (tanpa paku) kecuali pada Reng (tempat Genteng). Kemungkinan pada jaman dahulu kala, ada arsitek suku Osing Banyuwangi yang membuat bangunan rumah adat ini agar tahan terhadap gempa, di mana Banyuwangi adalah daerah yang rawan gempa oleh aktifnya gunung Ijen waktu itu. Pada rumah Tikel Balung, diantara 4 tiang penyangga tengah tidak boleh menggunakan tambahan tiang penyangga, mungkin adalah dimaksudkan agar rumah tikel balung dindingnya dapat dikebat (bongkar-pasang) untuk keperluan acara-acara hajatan keluarga.



Gambar:

Arsitektur Rumah Adat Osing Banyuwangi, diambil dari: http://arsitekkampung.wordpress.com/2014/07/24/arsitektur-kerakyatan-dari-masyarakat-blambangan/


Tantangan berikutnya dalam membuat Icon Rumah Adat Osing terbesar adalah, survey rumah adat yang ada se kabupaten Banyuwangi, dan kemudian mencari kayu yang panjangnya lebih panjang dari panjangnya kayu bentangan Penglari rumah adat yang ada terbesar saat ini. Dari hasil survey, diketemukan rumah adat Osing terbesar ketika itu adalah di Balai Desa Kemiren Kecamatan Glagah-Banyuwangi, yaitu dengan bentangan kayu Penglari 9,5 Meter. Kami telah mencari kayu yang panjangnya lebih dari 10 meter, sampai ke pelosok2 desa tidak menemukan. Akhirnya, melalui sorang teman, kami mendapatkan kayu besar yang lurus dan panjangnya 13,5 Meter, dari Kalimantan.


Gambar:

Usaha keras untuk mendapatkan Kayu lurus dan besar, ukuran 25 X 25 Cm panjang 13,5 M, berasal dari Kalimantan, sebagai Bahan pembuatan Icon Rumah Adat Osing Terbesar di Banyuwangi



Gambar:

Bentangan Kayu pada Atap Rumah Adat Osing Tikel Balung, Kayu Penglari ukuran 25X25 Cm Panjang 13,5 M, menjadi ICON Rumah Adat Terbesar di Banyuwangi saat ini



Gambar:

Tampak dari depan: Rumah Adat Osing Terbesar di Banyuwangi, sebagai Ruang Utama Waroeng Kemarang, Banyuwangi



Gambar:

Tampak dari Belakang: Rumah Adat Osing Terbesar di Banyuwangi, sebagai Ruang Utama Waroeng Kemarang, Banyuwangi



Gambar:

Tampak dari Samping Kanan: Rumah Adat Osing Terbesar di Banyuwangi, sebagai Ruang Utama Waroeng Kemarang, Banyuwangi


Selain Rumah Adat Tikel Balung sebagai ruangan utama, Waroeng Kemarang dilengkapi dengan pondok-pondok, saung-saung, gubug-gubuk, atau gazebo-gazebo yang dibangun ditepi sawah. Jenis bangunan pondok-pondok, saung-saung, gubug-gubuk, atau gazebo-gazebo tersebut dibuat dengan jenis arsitektur Banyuwangi, Jawa, dan Bali. Sedangkan tempat duduk-nya juga ada beberapa jenis yaitu: meja-kursi kayu dan lesehan menggunakan tikar.






Gambar:

Berbagai Jenis Pondok/Saung/Gubug/Gazebo-gazebo di Waroeng Kemarang

(a. Pondok Lesehan Bambu-Jawa,

b) Pondok Lesehan Bambu-Banyuwangi,

c) Pondok Kayu-Banyuwangi,

d) Gazebo Lesehan Bale Bengong-Bali,

e) Miniatur Rumah Adat Tikel Balung-Banyuwangi


Gambar:

Foto Udara Waroeng Kemarang dan Villa Kemarang, diambil pada bulan Juli 2020, oleh seorang tamu.

Sebelah kiri adalah area Waroeng Kemarang dengan pondok-pondok ditepi sawah, sebelah kanan adalah area Villa Kemarang lengkap dengan Kolam Renang sumber air artesis dan Lapangan Tennis. Perkembangan fasilitas masih leluasa kearah sisi belakang.


519 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page